Minggu, 17 Januari 2010

Guru Bangsa itu telah pergi.......

Laa Ilaaha illa Allah.... Laa Ilaaha illa Allah..... Laa Ilaaha illa Allah..... Muhammad ar Rasulullah...

Gema bacaaan tahlil yang menyatakan keesaan Allah dan pengakuan atas kerasulan Muhammad SAW itu menggema di lorong-lorong Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Rabu (30/12) malam, saat jenazah mantan Presiden Abdurrahman Wahid dibawa dengan keranda dari Gedung Ruang Pacu Jantung Terpadu RSCM menuju ambulans yang terparkir di depan gedung A RSCM.

Tahlil itu diucapakn ratusan orang yang berdesakan mengiringi keranda jenazah guru bangsa yang akrab dipanggil Gus Dur.

Semua ingin melepas kepergian Gus Dur. Tokoh agama, politisi, menteri, pejabat negara, hingga rakyat biasa mengantar kepergian Gus Dur.  Semua tumpah ruah memenuhi lorong-lorong rumah sakit. Mereka menunggu hingga ambulans milik garnisun dengan nomor 6703-00 melaju menuju rumah duka di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Gus Dur meninggal dunia sekitar pukul 18.45 di RSCM. Tidak berapa lama, kabar wafatnya presiden keempat itu pun tersiar luas.

Sejumlah tokoh bangsa pun berbondong-bondong datang ke RSCM untuk memberikan penghormatan. Lorong menuju ruang Pusat Pacu Jantung Jantung Terpadu, tempat Gus Dur dirawat, penuh sesak. Penjagaan di pintu-pintu masuk langsung diperketat.

Sati persatu kerabat, kolega, pejabat dan tokoh bangsa berdatangan ke rumah sakit. Tidak hanya tokoh Islam, tokoh lintas agama juga datang untuk memberikan ungkapan duka cita.

Selama menunggu jenazah Gus Dur keluar dari ruangan perawatan, warga dan simpatisan menggelar doa tahlil di lantai 5 Ruang Pacu Jantung Terpadu RSCM. Doa-doa dilantunkan denngan tulus dan khusuk.

Sempitnya ruangan membuat siapa pun warga yang ada di ruangan itu berdesakan, tak peduli jabatan atau kedudukannya. Semua warga masyarakat dari berbagai lapisan tunduk dalam kedukaan yang mendalam.

Saat jenazah Gus Dur dibawa keluar, sempat terjadi dorong-dorongan antara awak media, petugas keamanan, dan masyarakat yang ingin melihat keranda Gus Dur dari dekat. Sejumlah pelayat yangn berhasil memegang keranda Gus Dur tak kuasa membendung tangis.

Bagi Indonesia, Gus Dur adalah gru bangsa 

0 komentar:

Posting Komentar